JANGAN MALU BELAJAR DARI BINATANG
Oleh : Qifni Yasa’ Ash Shiddiqi
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Tulisan ini diilhami secara singkat, Seringkali saya
berjalan menyusuri hamparan persawahan dan padang ilalang di daerah tempat
tinggal saya, ada tempat favorit yang selalu saya ‘sambangi’ kalau pulang ke
lamongan, yakni persawahan yang terletak di jalan yang menghubungkan pucuk
hingga miru, disini sering banyak muda-mudi bercengkrama dengan asyiknya
sembari menikmati es tebu, tak jarang muncul kata-kata “ASU”, “JANGKRIK”,
“WEDOS” dan masih banyak anggota kebun binatang yang mereka sebutkan satu
persatu.

Sahabatku, dunia berubah dengan cepatnya,
begitu juga manusia didalamnya, Berbagai kebudayaan, pemikiran, teknologi, dan
hal-hal lainnya dapat membuat seseorang memilikki dunia sendiri sehingga
‘mengasingkan dirinya’ dari keramaian di sekitarnya, begitupun yang terjadi di
Indonesia, dulu, Indonesia digembor-gemborkan sebagai bangsa yang punya
solidaritas tinggi, ramah, rasa gotong royong yang tinggi, namun pertanyaan
muncul di benak setelah kejadian Mesuji, Sodong, Bima dan Sampang terjadi
“kemana semua identitas itu pergi??”
Sepertinya kita harus malu karena menjadikan
binatang sebagai objek celaan, hinaan, misuh dan kalimat kotor sejenisnya, tahu
kenapa?? Karena terlintas di benak saya untuk mengajak “inilah saatnya kita
belajar dari binatang”, mari kita ulas dari binatang ASU (Anjing), saya kutip
ucapan josh billings “Seekor anjing adalah satu-satunya di dunia yang mengasihi
Anda lebih daripada dia mengasihi dirinya sendiri” mungkin ada betulnya, anda
pernah nonton film hachiko?? Disitu diceritakan tentang seekor anjing bernama
hachiko , Hachiko di rawat oleh seorang kakek-kakek yang baik hati. Semenjak
tinggal di rumah kakek-kakek tersebut…Hachiko selalu mengantar kakek-kakek
tersebut ke stasiun untuk mengantarnya pergi kerja. Dan ia akan menunggu
majikannya hingga majikannya pulang. Namun, pada suatu hari yang amat
menyedihkan…tidak seperti biasanya kakek itu tidak pulang. Namun Hachiko tetap
menunggu sampai majikannya datang. Padahal tanpa sepengetahuannya, si kakek
memang sejak hari itu tidak akan pernah lagi kembali sebab ia meninggal di
tempat kerjanya. Tapi…Hachiko menunggu terus di stasiun hingga akhirnya ia
meninggal karena terkena penyakit. Sejak itulah, Hachiko di kenang dan
dibuatkan sebuah patung anjing di stasiun Shibuya, ya, seekor anjing yang
paling setia pada majikannya, bisakah kita seperti Hachiko?? (Lha kok review
film malahan?? -,-“), lanjut lagi, secara tanpa sadar orang salah mengartikan
ketika menyamakan orang lain dengan anjing, jangan samakan perampok dengan
anjing, karena mungkin anjing lebih baik dari perampok. Yaaahh.
Sahabatku, Di Indonesia sudah saatnya kita
belajar dari Lebah, Semut, Kerbau dan Merpati ya, cukup itu binatang yang
mungkin bisa membuat Indonesia aman sejahtera kembali gemah ripah loh jinawi,
toto tentrem karto raharjo. Lebah adalah serangga penyengat
yang berbahaya. Namun, dibalik itu ada pelajaran nyata yang tak pernah kita
pelajari darinya. Lebah hidup berkelompok, dalam kelompok itu mereka terbagi ke
dalam beberapa bagian (Ratu, lebah pekerja, dan lebah penjaga). Mereka
melakukan segalanya secara bersama-sama dan penuh tanggung jawab. Tidak ada
yang ditinggalkan ataupun dilupakan. Saat salah satu dari mereka merasa terancam,
mereka akan saling membantu mati-matian.
Rasa solidaritas yang sama juga ditunjukkan oleh semut.
Kita sering melihat semut yang selalu berjabat tangan setiap kali bertemu,
bukan?? Mereka juga sering berbagi makanan dan membawanya secara bersama-sama.
Saat ada musuh, mereka juga melawannya bersama.
Tapi mengapa kita tidak bisa seperti itu?? Kini baik di
kota maupun di desa semua orang bersikap individual. Mereka terlalu sibuk
dengan dirinya dan teknologi yang ada. Tidak ada lagi rasa gotong royong dan
solidaritas di antaranya. Kebanyakan dari kita hanya akan membantu untuk alasan
tertentu.
Kerbau adalah binatang pekerja keras yang
jarang sekali dia mengeluh membantu majikannya di sawah untuk menarik bajak dan
atau menjadi penarik pedati yang berisikan padi-padi dan gabah, kenapa sekarang
masih banyak yang malas-malasan dengan keadaan yang dimilikinya, hidup statis,
pokoknya “AGUS (Asal GUe Senang)’, tanpa ada keinginan bekerja keras secara
lebih.
Begitupun yang terjadi ketika menengok merpati
yang mencerminkan sikap amanah, sedikit cerita, pada saat perang dunia pertama,
Amerika menggunakan merpati sebaga media
komunikasi, bahkan pada tahun 1942 seekor merpati bernama Winkie berjasa dalam
penyelamatan awak pasukan udara Amerik dan merpati pula yang digunakan dinasti
mamluk di mesir sebagai alat komunikasi saat menghadapi perang terhadap mongol,
ya, Merpati merupakan salah satu jenis burung yang
cukup pintar, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki
naluri alamiah yang dapat kembali ke sarang meskipun sudah pergi dengan jarak
yang jauh dan waktu yang lama, sehingga surat yang disampaikan pasti sampai di
tujuan atau sangat kecil kemungkinan surat tersebut nyasar, Bagaimana dengan
keadaan Indonesia sekarang??? Sifat Amanah sudah semakin luntur bahkan ada yang
berlomba-lomba dan membentuk golongan dalam melakukan sebuah “penjegalan”
Amanah, ya, itu Indonesiaku kini, semoga kita akan menjadi geerasi yang tak
lebih buruk dari geerasi sekarang, ayo perbaiki sahabat.
Sahabatku, mari Belajar dan bercemin pada sesuatu yang
ada di sekitar kita (bahkan binatang), karena ada banyak pelajaran lain yang
bisa kita petik untuk memperbaiki diri kita ke depan.
Jangan Malu Meniru Binatang!!!
Tentunya untuk hal yang positif sahabat..
SALAM ASU!!!
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar