Jumat, 30 Desember 2011

JANGAN MALU BELAJAR DARI BINATANG (RENUNGAN AKHIR TAHUN)

JANGAN MALU BELAJAR DARI BINATANG
Oleh : Qifni Yasa’ Ash Shiddiqi

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Tulisan ini diilhami secara singkat, Seringkali saya berjalan menyusuri hamparan persawahan dan padang ilalang di daerah tempat tinggal saya, ada tempat favorit yang selalu saya ‘sambangi’ kalau pulang ke lamongan, yakni persawahan yang terletak di jalan yang menghubungkan pucuk hingga miru, disini sering banyak muda-mudi bercengkrama dengan asyiknya sembari menikmati es tebu, tak jarang muncul kata-kata “ASU”, “JANGKRIK”, “WEDOS” dan masih banyak anggota kebun binatang yang mereka sebutkan satu persatu.
Sahabatku, dunia berubah dengan cepatnya, begitu juga manusia didalamnya, Berbagai kebudayaan, pemikiran, teknologi, dan hal-hal lainnya dapat membuat seseorang memilikki dunia sendiri sehingga ‘mengasingkan dirinya’ dari keramaian di sekitarnya, begitupun yang terjadi di Indonesia, dulu, Indonesia digembor-gemborkan sebagai bangsa yang punya solidaritas tinggi, ramah, rasa gotong royong yang tinggi, namun pertanyaan muncul di benak setelah kejadian Mesuji, Sodong, Bima dan Sampang terjadi “kemana semua identitas itu pergi??”
Sepertinya kita harus malu karena menjadikan binatang sebagai objek celaan, hinaan, misuh dan kalimat kotor sejenisnya, tahu kenapa?? Karena terlintas di benak saya untuk mengajak “inilah saatnya kita belajar dari binatang”, mari kita ulas dari binatang ASU (Anjing), saya kutip ucapan josh billings “Seekor anjing adalah satu-satunya di dunia yang mengasihi Anda lebih daripada dia mengasihi dirinya sendiri” mungkin ada betulnya, anda pernah nonton film hachiko?? Disitu diceritakan tentang seekor anjing bernama hachiko , Hachiko di rawat oleh seorang kakek-kakek yang baik hati. Semenjak tinggal di rumah kakek-kakek tersebut…Hachiko selalu mengantar kakek-kakek tersebut ke stasiun untuk mengantarnya pergi kerja. Dan ia akan menunggu majikannya hingga majikannya pulang. Namun, pada suatu hari yang amat menyedihkan…tidak seperti biasanya kakek itu tidak pulang. Namun Hachiko tetap menunggu sampai majikannya datang. Padahal tanpa sepengetahuannya, si kakek memang sejak hari itu tidak akan pernah lagi kembali sebab ia meninggal di tempat kerjanya. Tapi…Hachiko menunggu terus di stasiun hingga akhirnya ia meninggal karena terkena penyakit. Sejak itulah, Hachiko di kenang dan dibuatkan sebuah patung anjing di stasiun Shibuya, ya, seekor anjing yang paling setia pada majikannya, bisakah kita seperti Hachiko?? (Lha kok review film malahan?? -,-“), lanjut lagi, secara tanpa sadar orang salah mengartikan ketika menyamakan orang lain dengan anjing, jangan samakan perampok dengan anjing, karena mungkin anjing lebih baik dari perampok. Yaaahh.
Sahabatku, Di Indonesia sudah saatnya kita belajar dari Lebah, Semut, Kerbau dan Merpati ya, cukup itu binatang yang mungkin bisa membuat Indonesia aman sejahtera kembali gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo. Lebah adalah serangga penyengat yang berbahaya. Namun, dibalik itu ada pelajaran nyata yang tak pernah kita pelajari darinya. Lebah hidup berkelompok, dalam kelompok itu mereka terbagi ke dalam beberapa bagian (Ratu, lebah pekerja, dan lebah penjaga). Mereka melakukan segalanya secara bersama-sama dan penuh tanggung jawab. Tidak ada yang ditinggalkan ataupun dilupakan. Saat salah satu dari mereka merasa terancam, mereka akan saling membantu mati-matian.

Rasa solidaritas yang sama juga ditunjukkan oleh semut. Kita sering melihat semut yang selalu berjabat tangan setiap kali bertemu, bukan?? Mereka juga sering berbagi makanan dan membawanya secara bersama-sama. Saat ada musuh, mereka juga melawannya bersama.

Tapi mengapa kita tidak bisa seperti itu?? Kini baik di kota maupun di desa semua orang bersikap individual. Mereka terlalu sibuk dengan dirinya dan teknologi yang ada. Tidak ada lagi rasa gotong royong dan solidaritas di antaranya. Kebanyakan dari kita hanya akan membantu untuk alasan tertentu.
Kerbau adalah binatang pekerja keras yang jarang sekali dia mengeluh membantu majikannya di sawah untuk menarik bajak dan atau menjadi penarik pedati yang berisikan padi-padi dan gabah, kenapa sekarang masih banyak yang malas-malasan dengan keadaan yang dimilikinya, hidup statis, pokoknya “AGUS (Asal GUe Senang)’, tanpa ada keinginan bekerja keras secara lebih.
Begitupun yang terjadi ketika menengok merpati yang mencerminkan sikap amanah, sedikit cerita, pada saat perang dunia pertama, Amerika  menggunakan merpati sebaga media komunikasi, bahkan pada tahun 1942 seekor merpati bernama Winkie berjasa dalam penyelamatan awak pasukan udara Amerik dan merpati pula yang digunakan dinasti mamluk di mesir sebagai alat komunikasi saat menghadapi perang terhadap mongol, ya, Merpati merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki naluri alamiah yang dapat kembali ke sarang meskipun sudah pergi dengan jarak yang jauh dan waktu yang lama, sehingga surat yang disampaikan pasti sampai di tujuan atau sangat kecil kemungkinan surat tersebut nyasar, Bagaimana dengan keadaan Indonesia sekarang??? Sifat Amanah sudah semakin luntur bahkan ada yang berlomba-lomba dan membentuk golongan dalam melakukan sebuah “penjegalan” Amanah, ya, itu Indonesiaku kini, semoga kita akan menjadi geerasi yang tak lebih buruk dari geerasi sekarang, ayo perbaiki sahabat.

Sahabatku, mari Belajar dan bercemin pada sesuatu yang ada di sekitar kita (bahkan binatang), karena ada banyak pelajaran lain yang bisa kita petik untuk memperbaiki diri kita ke depan.
Jangan Malu Meniru Binatang!!!
Tentunya untuk hal yang positif sahabat..
SALAM ASU!!!
Wassalamu’alaikum.Wr.Wb.

Jumat, 23 Desember 2011

AKU BELAJAR DARI HUJAN (PUISI)

Aku belajar dari hujan
Tentang bagaimana menyapa bumi

dan dari hujan
aku temukan kedamaian, rintik seakan menggelitik kerinduan ini
rindu akan kemesraan di sudut hari bersama
di ujung daratan yang terpecah oleh ombak

Aku belajar dari hujan
Tentang bagaimana meneduhkan hari

dan dari hujan
aku rasakan ketenangan, deras seakan menguras lamunanku
lamunan akan senyumanmu di ujung senja
di bawah rindang pepohonan
teduh, berteduh, meneduhkan

Aku belajar dari hujan
Tentang lemahnya menapak rasa

dan dari hujan
aku mengenalmu, gerimis seakan mengiris siluet bayangmu
dari kejauhan, aku layangkan sejuta tanya
apakah kau merasakan hal yang sama kasih???

Jumat, 16 Desember 2011

WAWANCARA DENGAN TUHAN (RENUNGAN)

Aku bermimpi melakukan wawancara dengan Tuhan.
"Jadi, kamu ingin melakukan wawancara denganku?" Tanya Tuhan.
"Jika Engkau punya waktu," Aku berkata.
Tuhan tersenyum, "Waktu-Ku abadi.. pertanyaan apa yang ada di pikiranmu untuk-Ku?"

"Hal apa yang paling mengejutkan-Mu tentang manusia???"
Tuhan menjawab...
"Bahwa mereka mudah sekali bosan dengan masa kecil, bahwa mereka buru-buru ingin bertambah dewasa, dan kemudian rindu untuk menjadi anak-anak lagi."
"Bahwa mereka kehilangan kesehatan mereka untuk mencari uang... dan kemudian kehilangan uangnya untuk mengembalikan kesehatan mereka lagi."
"Bahwa mereka berpikir dengan gelisah tentang masa depan, mereka melupakan waktu sekarang, sehingga mereka tidak hidup di masa sekarang maupun masa depan."
"Bahwa mereka hidup seperti mereka tidak akan pernah mati, dan mati seperti mereka tidak pernah hidup."
Dan aku diam untuk beberapa saat.

Kemudian aku bertanya,"Di dunia ini apa yang harus aku pelajari???"
Tuhan menjawab,
"Belajar bahwa mereka tidak bisa membuat semua orang mencintai mereka. Yang bisa mereka lakukan adalah membiarkan diri mereka dicintai."
"Belajar bahwa tidak baik membandingkan diri mereka dengan yang lain."
"Belajar untuk memaafkan"
"Belajar bahwa hanya butuh beberapa detik untuk membuka luka orang yang mereka cintai, tetapi membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyembuhkannya."
"Belajar bahwa orang kaya bukanlah orang yang memiliki paling banyak, tetapi orang yang membutuhkan paling sedikit."
"Belajar bahwa sebenarnya ada orang-orang yang mencintai mereka, namun tidak mengerti bagaimana cara mengekspresikan atau menunjukkan perasaan mereka."
"Belajar bahwa dua orang dapat memandang sesuatu yang sama, tetapi melihatnya secara berbeda."
"Belajar bahwa tidak cukup hanya dengan memaafkan orang lain, tetapi mereka juga harus memaafkan diri mereka sendiri."

Terimakasih Tuhan, Alhamdulillah..